defininisi :Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani
poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata
poeta,
yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam
perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil
seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan
menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (
Sitomorang, 1980:10).
Ada beberapa pengertian lain.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi
yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai
berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata
yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat
berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang
bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi
yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa
hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik,
yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan
perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan
perasaan yang bercampur-baur.
(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan
pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional
serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun
secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya
tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama
seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara
teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik
yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang
sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti
kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan
karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya merupakan
detik-detik yang paling indah untuk direkam.
Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan
pemikiran, namun tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad (dalam
Pradopo, 1993:7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat
garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur itu berupa
emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan
kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
kalau menurut ahli sastra diindonesia,mereka berpendapat bahwa puisi itu adalah
- Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
- (Putu Arya Tirtawirya 1980:9) mengatakan bahwa
puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang
tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
- Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
- William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan
bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang
penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan
kembali dalam kedamaian.
- Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9)
mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik
dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang.
- Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa
puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari
pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
- Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9)
mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang
hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat
kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap
rencana yang matang serta bermanfaat.
Unsur-Unsur Pembentuk Puisi
Ada beberapa pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah pendapat
I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi
(the nature of poetry), dan metode puisi
(the method of poetry).
Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu
a. Sense (tema, arti) Sense atau tema adalah pokok persoalan
(subyek matter)
yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan
dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak
langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
b. Feling (rasa)
Feeling adalah sikap
penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap
penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu
persoalan.
c. Tone (nada)
Yang dimaksud tone
adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada
umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh,
persuatif, sugestif.
d. Intention (tujuan)
Intention adalah
tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang
tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam
karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita,
pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair.
Ilustrasi: Puisi adalah ungkapan Hati. source: http://www.terbaru.tk
Metode Puisi
Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana yang disebut metode puisi. Metode puisi terdiri dari;
a. Diction (diksi)
Diksi adalah pilihan
atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan
secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang
bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya
benar-benar mendukung maksud puisinya.
b. Imageri (imaji, daya bayang)
Yang
dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam
mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang
dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan
imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain;
- Citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan
- Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran
- Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pencecapan
- Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran.
- Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
- Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan
- Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan
c. The concrete word (kata-kata kongkret)
Yang dimaksud
the concrete word adalah
kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara
konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi
pemakaiannya. Slametmulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu
kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama
dengan kamus.
d. Figurative language (gaya bahasa)
Adalah
cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan
imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan
dan sebagainya. Jenis-jenis gaya bahasa antara lain;
- perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal
dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai,
sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dll.
- Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding.
- Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan
atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya
dalam kalimat berturut-turut.
- Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia
di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.
- Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.
- Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri.
- Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.
e. Rhythm dan rima (irama dan sajak)
Irama
ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan
bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua,
- metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
- Ritme, yaitu irama yang disebabkan perntentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan
terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas
dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata.
Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,
- dinamik, yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
- Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
- Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal
perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana
kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut
euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut
cacophony.
Berdasarkan jenisnya, persajakan dibedakan menjadi
- rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
- Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
- Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi)
- Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
- Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
- Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
- Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
- Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.
Berdasarkan letaknya, rima dibedakan
- rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
- Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi
- Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
- Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal
- Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal
- Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang
dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran
maksud.
- Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir
larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga
(ab-ba)
- Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara
akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik
keempat (ab-ab).
- Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa)
- Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb)
- Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d)
Pendapat lain dikemukakan oleh
Roman Ingarden dari
Polandia. Orang ini mengatakan bahwa sebenarnya karya sastra (termasuk
puisi) merupakan struktur yang terdiri dari beberapa lapis norma. Lapis
norma tersebut adalah
- Lapis bunyi (sound stratum)
- Lapis arti (units of meaning)
- Lapis obyek yang dikemukakan atau “dunia ciptaan”
- Lapis implisit
- Lapis metafisika (metaphysical qualities)